Saturday, September 6, 2014

Surat Cinta Untuk Indonesia

Teruntuk, Indonesia


Aku tidak pernah tahu kapan aku mati. Aku juga tidak pernah tahu kapan aku berjaya. Aku hanya ingin melihat Indonesia menjadi bangsa yang besar sebelum aku mati, dan aku hanya ingin melihat Indonesia berjaya, berjaya di mata dunia. Aku optimis bangsaku ini akan menjadi bangsa seperti apa yang dicita-citakan bersama.

Melihat dan mendengar kisah-kisah hebat para pemuda dalam mengejar cita-cita, orang-orang yang berani melakukan perubahan, dan orang-orang yang mampu melihat ke depan, membuatku berpikir, ada asa di ujung sana.

Indonesia tidak pernah kehabisan orang-orang kreatif, Indonesia tidak pernah krisis orang-orang inovatif, orang-orang dengan idealisme yang tinggi. Selalu ada saja orang-orang hebat bermunculan. Hal itulah yang membuat aku yakin Indonesia mampu menjadi bangsa yang besar.

Mungkin terlihat ada banyak kata “bangsa yang besar” dalam tulisan ini, lalu besar yang seperti apa? Apakah saat ini bangsa kita bukan bangsa “besar”? Besar yang aku maksud disini adalah bangsa yang dipandang oleh dunia karena rasa persatuan dan kesatuan yang besar. Mengapa persatuan dianggap penting? Kita tidak hidup sendiri, dan hidup kita tidaklah diatur oleh satu individu atau oleh suatu kelompok, melainkan adanya ego dalam diri masing-masing manusia, agar tercapainya apa yang dicita-citakan oleh individu tersebut. Ego inilah yang kerap menimbulkan perbedaan. Ego tidak bisa dilawan dengan ego. Dibutuhkanlah suatu alat agar cita-cita bersama dapat tercapai, alat itulah dinamakan persatuan.

Ada berbagai macam bentuk persatuan, seperti persatuan antar pemuda, yang mungkin bagi sebagian pemuda lupa kalau dulu para pemuda bersatu dan bersumpah dalam sumpah pemuda. Perbedaan paham, perbedaan pilihan, perbedaan sekolah, kerap membuat mereka mencederai persatuan itu sendiri.  Selain itu juga persatuan antar masyarakat, persatuan antar suku, persatuan antar agama, inilah yang harus kembali disadarkan arti penting dari sebuah persatuan. Terakhir, bersatunya pemerintah dengan rakyat. Pemerintahan ada karena rakyat, suara yang harus didengar adalah suara rakyat, maka perlu bersatunya antara rakyat dengan pemimpin, agar pemimpin tahu apa yang rakyat butuhkan, dan Indonesia menjadi seperti apa yang mereka harapkan.

Indonesia, aku bercita-cita ingin melakukan sesuatu untukmu, memberikan sesuatu untuk sebuah perubahan yang besar. Aku masih belum tahu bagaimana caranya. Aku ingin melakukan sesuatu perbuatan kecil yang justru berdampak besar bagimu. Apakah aku harus terjun ke medan perang dan bisa memenangkan peperangan tanpa harus menghunus pedang kearah lawan? Apakah mungkin seorang petani yang ingin bekerja di sawah namun tidak ingin kotor kakinya? Itu hanyalah sedikit pikiran-pikiran nakal yang hampir setiap waktu menghantuiku.

Jujur, aku tengah dilanda kebingungan, ketika batin berteriak melihat keprihatinan, apa yang bisa aku lakukan? Diam bukanlah pilihan yang tepat. Ingin bergerak entah harus mau memulai dari mana. Banyak sampah-sampah pikiran di kepalaku ini, dan aku bingung kemana aku harus membuangnya. Wadah yang aku cari tak kunjung dapat, atau bisa jadi belum kutemukan. Apapun itu, itu hanyalah pergulatan pribadiku saja.

Indonesia, aku tak tahu apa yang kau rasakan saat ini, di satu sisi kau mungkin terluka ketika melihat pertumpahan darah antar saudara sebangsa, kau mungkin malu melihat perilaku koruptor yang merajalela, kau mungkin menangis melihat anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah, mungkin kau miris melihat kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, mungkin kau marah kekayaan tanahmu yang justru dinikmati bangsa lain. Tapi di sisi lain, mungkin kau bangga melihat anak-anak muda yang berkiprah di dunia internasional, kau bangga dengan para pelajar yang memenangkan olimpiade fisika, matematika, kimia, dan lain-lain, mungkin kau terharu ketika lagu kebangsaan dikumandangkan di negeri orang, dan mungkin kau bangga dengan para perjuangan para pejuang dalam menggapai dan mempertahankan kemerdekaan. Tapi aku selalu berharap, Indonesia menjadi bangsa yang kuat digoyang badai sekuat apapun, dan kuat dari buaian pujian yang membutakan.

Ada beberapa lagu tentangmu yang membuatku terharu bahkan menangis ketika mendengarkannya, pertama lagu “Ibu Pertiwi” dengan penggalan liriknya yang berbunyi “Kini Ibu sedang lara, merintih, dan berdoa”. Aku berharap kau tidak terus menerus lara, dan merintih. Sedangkan lagu lainnya adalah “Tanah Airku” dengan penggalan liriknya yang berbunyi, “Biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu”. Kemanapun saya pergi, tanah airku adalah Indonesia. Seburuk apapun pandangan orang lain terhadap Indonesia, saya tidak akan malu menjadi orang Indonesia. Justru saya bangga menjadi orang Indonesia. Terima kasih Indonesia.



Yogyakarta, 6 September 2014

No comments: