Saturday, November 17, 2012

Andai Aku Menjadi Ketua KPK


Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Ibarat seperti menebang pohon, kita harus mencabut akar pohon tersebut sampai ke  akar-akarnya agar tidak tumbuh lagi. Namun mencari akar dari suatu masalah memang bukanlah suatu cara yang mudah. Sama halnya seperti menangkap ikan di air yang keruh. Di air yang jernih saja kadang kita masih kesulitan menangkap ikan, apalagi di air yang keruh? Belum lagi ancaman dari serangan hewan-hewan lain. Memang sulit mencari akar dari suatu masalah, apalagi korupsi yang seperti sudah menjadi ‘lalapan’ negeri ini.
Bekerja di KPK memang pekerjaan yang paling menantang. Bahkan kita harus siap mati dalam menjalankan tugas ini. Maka ketika KPK diibaratkan sebagai Tom si kucing, dan para koruptor Jerry si tikus, Tom akan selalu mengejar Jerry hingga dapat apapun yang terjadi, namun yang terjadi si Jerry juga lebih pintar dengan menggunakan berbagai macam cara agar tidak ditangkap oleh Tom. Seperti itulah gambarannya kurang lebih.
Kerja KPK selama ini bukannya tidak bagus atau tidak maksimal, sudah bagus, bahkan sempat membuat beberapa pihak ketar-ketir. Terobosan yang cukup berani dilakukan KPK. Namun beberapa masyarakat masih ada saja yang menilik KPK sebelah mata, yang menganggap KPK hanya mencari sensasi saja, memang kita sebagai masyarakat hanya bisa mengkritik tanpa memberikan solusi yang membantu. Beruntung Tempo dan KPK membuat lomba menulis blog seperti ini. Setidaknya masyarakat bisa membantu walau hanya lewat gagasan-gagasan. Diharapkan ada banyak ide-ide segar yang kemudian akan diterapkan KPK agar kinerja KPK menjadi lebih baik.
Andai aku menjadi ketua KPK, namun sebelum berandai-andai bagaimana bila saya menjadi ketua KPK, saya akan berandai-andai bagaimana jika saya seorang koruptor? Pastinya saya akan mencari cara bagaimana agar korupsi itu berjalan dengan lancar tanpa diketahui KPK. Ya, para koruptor mungkin selama ini memikirkan bagaimana caranya agar tidak ketahuan KPK. Padahal KPK bukanlah Tuhan. Mengapa mereka hanya takut kepada KPK? Moral mereka terjual demi segepok uang. Maka itu pendidikan agama disini penting. Sekarang pertanyaannya dibalik, bagaimana jika saya seorang ketua KPK? Maka saya akan membuat semacam departemen dan membentuk Tim Pencegah Korupsi yang terdiri dari ahli agama dan ahli filsafat untuk datang ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus, atau membuat Sekolah Anti Korupsi (seperti yang sudah dilakukan KPK), yang inti dari kegiatan tersebut adalah menyadarkan kita bahwa korupsi adalah perbuatan paling hina bahkan melebihi dosa zina dan menyadarkan masyarakat bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan kembali ke Tuhan, maka berbuatlah yang baik. Ajaran-ajaran moral itulah yang kita harapkan bisa ‘menyuntik’ iman generasi-geneeasi muda. Biarkan yang tua ‘rusak’, namun kita harus punya generasi muda yang baik kedepannya.

Selain itu, langkah yang kedua adalah menghukum para koruptor dengan hukuman mati. Memang dalam membuat peraturan tidak mudah dan tidak gampang disahkan. Namun langkah itu yang akan saya coba jika saya menjadi ketua KPK.  Salah satu penyebab Indonesia menjadi ‘lahan subur’ untuk korupsi adalah hukuman yang terbilang ringan. Koruptor hanya dihukum dalam hitungan tahun, belum ada potongan masa tahanan, setelah keluar dari penjara mereka bisa menikmati uang hasil korupsinya, sangat ironis. Oleh karena itu KPK harus berani melakukan itu, dan lihat dalam setahun setelah disahkannya peraturan hukuman mati tersebut, apakah jumlah angka korupsi yang tertangkap berkurang, sama saja, atau malah semakin banyak? Memang hal ini menyangkut HAM, namun apakah para koruptor itu juga memikirkan HAM? Uang yang mereka ambil adalah uang rakyat, dan artinya mereka merampas hak manusia. Kalau koruptor saja tega, kenapa kita malah repot-repot memikirkan hal itu melanggar HAM atau tidak?

Korupsi di kehidupan sehari-hari
            Pengertian korupsi menurut saya pribadi adalah suatu kegiatan yang mengatasnamakan uang dibanding sebuah kejujuran. Tidak usah jauh-jauh jika kita ingin melihat praktik korupsi. Datang saja ke Polres untuk membuat SIM, pasti ada saja yang menawarkan jasa pembuatan SIM (calo). Itu salah satu contoh praktik korupsi yang bisa kita lihat sendiri. Beruntung saya buat SIM kala itu sendiri  tanpa lewat calo, justru jauh lebih murah. Jangan sekali-sekali mengurus sesuatu lewat calo, dengan begitu kita membantu memutus mata rantai korupsi. Lakukanlah sesuatu dari hal yang paling sederhana.

Tulisan ini Juga di publish di  http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/824/Febrianto%20Adi%20Saputro.html