Saturday, June 28, 2014

Bayangkan... Sebelum Terlambat

Bayangkan...

Jika hari ini aku tak sempat memberi tahumu kalau aku sebenarnya sayang kepadamu
Jika jodoh yang Tuhan janjikan kepadamu itu adalah aku
Jika aku tak sempat menjawab apa yang ingin kau tanyakan

Bayangkan...

Jika hari esok tak akan ada
Apa yang terjadi setelah kematian, kegelapan? kehampaan? atau kekosongankah?
Jika reinkarnasi itu benar-benar ada
Jika kehidupan ini sebenarnya dikendalikan oleh satu manusia

Bayangkan...

Jika hari esok mata ini tak akan bertemu lagi
Jika suara tawamu yang sering kudengar kini tak lagi kudengar

Bayangkan...

Tubuh ini hanya terkulai lemas di tempat tidur sedangkan yang lainnya berlomba dalam kebaikan diluar sana
Tubuh tua ini mulai layu dan tak bergairah lagi untuk membantu sesama

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi 1 menit kedepan, 1 jam kedepan, 1 hari kedepan, 1 minggu kedepan, 1 bulan kedepan, 1 tahun kedepan, 1 windu kedepan, 1 dasawarsa kedepan

Lakukan apa yang kau ingin lakukan sekarang, sebelum terlambat

Friday, June 27, 2014

Allan Nairn, Jurnalis Amerika Si Pembongkar Rahasia Sang Mantan Jenderal

            Sudah lama saya menahan keinginan untuk mengomentari persoalan politik yang menjadi topik perbincangan yang hangat dimana-mana. Hingga akhirnya saya tidak dapat lagi menahan ketidakinginan itu. Namun saya tidak ingin membahas keunggulan atau keburukan dari masing-masing capres. Saya juga tidak ingin memihak kepada salah satu capres. Sayangnya apa yang ingin saya bahas disini mungkin lebih kepada persoalan salah satu capres dan masa lalunya. Dan sayangnya lagi, capres yang ada di tahun 2014 ini hanya ada dua. Sekali lagi, bukannya saya menjelekkan Capres A dan lebih memihak kepada capres B, saya juga tidak ingin menjadi warga negara yang golput. Mau tidak mau, suka tidak suka sebagai warga negara yang baik saya harus memilih satu diantara dua capres yang ada.
            Suatu artikel di Tempo.co menarik perhatian saya, yaitu seorang wartawan Amerika, Allan Nairn yang membeberkan hasil wawancaranya dengan Prabowo di tahun 2001. Agar saya tidak salah menafsirkan silahkan anda baca sendiri beberapa artikel tersebut yang berkaitan : "Wartawan Investigasi Bongkar Rahasia Prabowo" , "Soal Prabowo, Jurnalis Allan: Kutip Blog Saya". Selain itu Allan Nairn juga memposting tulisannya di blognya http://www.allannairn.org/.
            Menurut saya hal ini menarik,  pertama, kita memang seharusnya tidak lantas langsung percaya begitu saja apa yang dikemukakan oleh Allan Nairn. Namun kita juga harus mencari tahu dulu fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan. Apa yang dilakukan Allan, yaitu membeberkan hasil wawancaranya dengan Prabowo adalah suatu tindakan yang sangat berani. Allan tidak ingin suatu saat nanti Indonesia menjadi negara fasis dan banyak rakyat yang akan menderita karena telah salah memilih pemimpin, oleh karena itu Allan berani membeberkan sisi gelap dari Prabowo. Hal itu dikemukakan Allan dalam tulisannya.
            Kedua, apakah benar hal ini merupakan salah satu usaha Amerika Serikat untuk mengagalkan Prabowo sebagai presiden Indonesia, dengan tujuan agar segala kepentingan Amerika Serikat di Indonesia berjalan mulus? Tunggu dulu, Allan justru dikenal sebagai wartawan yang berani mengkritik dan melawan kebijakan negaranya sendiri melalui tulisannya. Salah satu kritiknya terhadap pemerintah dan korporasi Amerika selama 40 tahun terakhirnya adalah kebijakan-kebijakan mereka yang menghisap dan membunuh orang-orang miskin di dunia, termasuk di Indonesia (Lihat Tulisan Allan Nairn, A response and several challenges to General Prabowo).

            Wawancara Allan Nairn dengan Prabowo tersebut setidaknya menambah pengetahuan kita tentang apa yang terjadi saat itu. Terlepas dari kabar yang menyebutkan bahwa ia bagian dari campur tangan Amerika atau tidak, namun niat dan keberanian Allan Nairn membeberkan wawancaranya ke publik demi pentingnya masa depan suatu bangsa patut kita acungkan jempol dan cukup membuat masyarakat menilai seperti apa sosok Prabowo saat itu. Mungkin saja sosok  Prabowo saat itu berbeda dengan sosok Prabowo saat ini. Mungkin saja niatan Prabowo dan rezim otoriter jinaknya yang ia katakan saat itu tidak akan ia lakukan, tetapi bisa jadi mungkin saja terjadi. Sekali lagi, tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan ke salah salah satu capres. Kita lihat saja, akan seperti apa bangsa ini kedepan dengan presiden yang baru.