Pilkada Kota Depok memang masih sekitar setahun lagi, namun aroma persaingan siapa yang akan duduk di kursi Depok-1 sudah tercium. Nur Mahmudi yang saat ini masih menjabat sebagai Walikota Depok dipastikan tidak akan maju lagi sebagai Walikota Depok karena beliau sudah menjabat dua periode. Namun kabar santer terdengar istrinya, Nur Azizah Tahmid akan maju dalam bursa bakal Calon Walikota Depok mewakili Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Nur Tahmidzi akan bersaing dengan enam kader PKS lainnya. Ada satu nama lain dari salah satu kader yang dicalonkan PKS yang tidak asing terdengar, yaitu Tifatul Sembiring, atau yang biasa disebut Tiffie. Menteri Komunikasi itu disebut-sebut masuk kedalam bursa bakal Calon Walikota Depok bersama enam kader lainnya.
Melihat
dua nama yang digadang-gadangkan PKS untuk menjadi bakal Calon Walikota Depok
tersebut, hal ini menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai macam pihak,
khususnya di dunia maya. Ada yang bilang majunya Nur Azizah Tahmid adalah sebagai
sebuah usaha untuk membangun dinasti Nur Mahmudi, ada yang membandingkan
kinerja Tiffie sebagai menteri yang tidak becus, dan bagaimana andaikata nanti
menjadi walikota. Ada juga yang bilang Tiffie ‘haus’ jabatan. Hampir setiap
reaksi netizen adalah berisi sebuah kekhawatiran.
Ditengah
kabar majunya istri Nur Mahmudi dan Tiffie menjadi bakal Calon Walikota, lalu
muncul nama seorang Sejarawan yang mencoba merangkak maju ikut mencalonkan diri
menjadi Calon Walikota Depok melalui jalur independen, JJ. Rizal. Pendiri
Komunitas Bambu ini merasa terpanggil menjadi Calon Walikota Depok karena
merasa tidak puas dengan pemerintahan sekarang. JJ. Rizal menganggap Depok kini
bukanlah kota yang humanis, banyak pembangunan yang tidak sesuai dan tidak
dilakukan sebagai mana mestinya. Berangkat dari sana kini ia sedang membentuk
sebuah relawan #SaveDepok yang nantinya akan membantunya. Bagi para netizen,
munculnya nama JJ. Rizal sedikit meredam kecemasan masyarakat Depok akan
pencalonan Tiffie. Belum lagi kabar dari Partai Golkar yang dikabarkan juga
akan menyiapkan salah satu kader terbaiknya Nurul Arifin sebagai bakal Calon
Walikota Depok dari Partai Golkar. Nama-nama yang muncul diatas akan membuat
pertarungan Depok-1 semakin seru dan memanas, dan tidak menutup kemungkinan
akan ada nama-nama lain yang muncul beberapa waktu kedepan.
Oktober
2015 nanti Kota Depok akan memasuki babak baru. Sepertinya masyarakat Depok
juga menginginkan adanya sosok pemimpin yang baru dengan gaya kepemimpinan yang
baru. Melihat jumlah massa yang ada, PKS memang memiliki massa yang cukup kuat
di Depok, hal ini terlihat pada Pemilihan Presiden 9 Juli lalu, di Depok suara
Jokowi-JK kalah banyak dibanding dengan suara Prabowo-Hatta. Namun bukanlah
suatu hal yang mustahil seseorang yang maju melalui jalur independen malah
justru terpilih. Bukankah sekarang masyarakat sudah lebih pintar? Bukankah
masyarakat kini lebih melihat siapa sosok yang akan memimpin mereka kelak
ketimbang partai dibelakangnya?, dan apa sepak terjangnya selama ini bagi Kota
Depok? Saya rasa pertimbangan-pertimbangan seperti itu masih berlaku dibenak
para pemilih. Satu hal penting, demokrasi adalah sebuah sikap ingin bekerja
bersama demi terciptanya cita-cita bersama, siapa pun walikotanya nanti saya
rasa perlu adanya kerjasama yang terbangun intens, baik pemerintah dengan
masyarakat, maupun masyarakat dengan masyarakat, dan saya rasa masyarakat tahu
apa cita-cita mereka dan mau bekerja dengan siapa.