Sedikit
informasi bahwa sebelum membentuk Travelmates Jogja, (produk startup yang akan saya
bentuk ini) saya adalah seorang yang tidak terlalu tertarik untuk menjadi
entepreneur. Namun setelah saya bersama teman saya membentuk Travelmates Jogja,
saya merasa banyak orang yang terbantu dengan usaha yang bergerak di bidang jasa
pariwisata ini. Setelah mengikuti Ignition 2 di Yogyakarta, saya menjadi sadar
bahwa definisi “bisnis” yang selama ini saya pahami adalah definisi yang
bersifat negatif, yaitu definisi “bisnis” yang hanya berorientasi pada uang/materi.
Padahal ada sesuatu yang lebih besar yang tidak hanya sekedar mengejar materi,
yaitu sebuah pola pikir yang mencari solusi atas suatu permasalahan yang ada di
sekitar kita. Jika sebuah permasalahan sudah ditemukan solusinya, maka peluang
untuk berbisnis dengan sendirinya akan tercipta.
Di
era yang serba digital seperti saat ini, manusia cenderung ingin hidup yang
lebih praktis. Lalu orang-orang kini lebih mempercayai aplikasi Google Maps
ketimbang menyapa dan bertanya langsung dengan warga sekitar, alhasil bisa saja
dikemudian hari hubungan antar manusia mengalami ‘kepunahan’. Wajar apabila ketakutan
kita terhadap ‘kepunahan’ ini semakin menjadi-jadi, bahkan semakin kuat ketika
kita melihat sendiri anak-anak sekolah atau sekumpulan remaja yang terlalu
asyik dengan gadget-nya masing-masing
tanpa adanya interaksi satu sama lain diantara mereka. Hal itu mungkin hanya
sebagian dari dampak negatif dari teknologi, namun tidak selamanya teknologi
berdampak negatif. Ketakutan kita terhadap ketergantungan manusia terhadap
teknologi seakan perlahan mulai terkikis seiring banyak bukti yang menunjukkan
bahwa teknologi khususnya startup digital dapat menggerakan masyarakat dan memberi
manfaat bagi banyak orang. Melalui program 1000 startup digital kita kembali
diingatkan untuk memanusiakan manusia sesuai dengan hakikatnya, yaitu makhluk
sosial yang berguna bagi orang lain dan menjawab permasalahan kehidupan yang
ada di dalam suatu masyarakat #1000StartupDigital