Tulisan
ini hanyalah manifestasi dari apa yang tiba-tiba muncul di kepala, atas dasar
melihat realitas yang ada. Memang bukan sesuatu yang penting bagi orang lain,
tapi penting bagi saya menuangkan apa yang ada di kepala kedalam tulisan. Apa
yang ada dalam tulisan ini tidak seratus persen benar, hanyalah opini semata, dan jangan dibaca
terlalu serius, sebab masih banyak aktifitas yang lebih bermanfaat dilakukan dengan
serius dibanding hanya membaca tulisan dari seseorang yang tidak begitu pandai merangkai
kata.
Ada
asumsi umum diluar sana yang menganggap bahwa politik adalah sesuatu hal yang
kotor, licik, sulit ditebak, dan menghalalkan segala cara untuk tercapai sebuah
tujuan demi sebuah kekuasaan. Bagi sebagian orang mungkin memilih menjauh dari
politik, memilih enggan belajar politik, atau apatis dan tidak ikut
berpartisipasi dalam politik. Padahal, manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak
bisa lepas dari yang namanya politik, dan manusia butuh yang namanya
berpolitik.
Tidak
perlu mencari contoh yang jauh-jauh, sebut saja CINTA. Manusia butuh akan cinta,
butuh akan kasih sayang. Untuk mendapatkan sebuah cinta, manusia rela melakukan
apa saja untuk orang yang dia sayang, betul? Tidak peduli apakah orang tersebut
sudah memiliki pasangan atau belum, suka atau tidak, seseorang selalu mengejar sesuatu
yang disebut cinta. Sampai disini apakah kalian menangkap persamaan antara
politik dan cinta?
Cinta
juga merupakan bagian dari politik. Mengapa saya katakana demikian? Cinta
dicari untuk mendapatkan kasih sayang, sedangkan politik adalah sarana untuk
mendapatkan kekuasaan. Seseorang takut akan kehilangan cinta dan rela mendapatkan
cinta dengan menghalalkan segala cara, meminjam istilah Niccolo Machiavelli, begitu
juga dengan politik.
Seorang
politikus yang hendak menjadi pemimpin dalam masyarakat akan ber-retorika
dengan maksud meyakinkan rakyat agar rakyat percaya dan yakin sehingga memilih
orang tersebut untuk menjadi pemimpin mereka. Seorang diplomat yang mewakili
sebuah negara melakukan diplomasi dengan negara lain untuk sebuah kepentingan
negaranya. Seorang yang tadinya bukan seorang pujangga, hanya karena ia jatuh
cinta, tiba-tiba ia menulis banyak sekali kata-kata puitis, dengan tujuan agar
orang yang ia sayang yakin dan percaya.
Dalam
politik tidak ada yang namanya kawan abadi dan lawan abadi, yang ada hanyalah
kepentingan abadi. Seseorang atau kelompok yang berkoalisi saja tidak selamanya
serasi. Seorang politikus yang tadinya saling menjelekan lawan politiknya bisa
menjadi sahabat begitu dekat. Begitu juga sebaliknya. Dalam percintaan juga
begitu. Mungkin saat ini ada orang yang menjauh tiba-tiba mendekat, atau
sebaliknya yang tadinya mendekat mulai menjauh.
Sedikit
berbicara tentang keadaan alamiah (State
of Nature) adalah sebuah perandaian segala sesuatu tanpa keberadaan
negara, Menurut Thomas Hobbes, keadaan
alamiah adalah keadaan yang menyedihkan. Dibutuhkan suatu pemerintahan untuk
menjamin agar kita tidak tergelincir kedalam peperangan. Lalu saya membayangkan
keadaan alamiah disini adalah sebuah keadaan seseorang yang dimana tidak ada
cinta dalam hidupnya. Maka hidup seseorang tersebut terasa hampa, sepi, emosi
yang cenderung labil, tidak terarah, bebas, kurang bergairah. Maka cinta dan kasih sayang menjadi sebuah kebutuhan bagi semua orang. Semua orang berhak mencintai dan dicintai. Mencintai dan dicintai itu manusiawi.
Kata
orang cinta itu buta, tidak memandang apakah ia sudah memiliki pasangan atau
belum, Namanya kepentingan pasti dikejar, tidak peduli siapa disampingnya,
apa latar belakangnya, bagaimana bibit, bebet, bobotya, tidak memandang apa
suku, agama, dan rasnya apa. Asalkan sayang ia akan tetap mengejar ‘kepentingan’
itu. Keras memang, licik, dan kotor pula, ya sama seperti politik.
Memang politik
mengajarkan banyak hal, namun teori-teori politik lantas jangan diterapkan dalam
kehidupan percintaan. Politik itu terlalu keras, menyangkut kehidupan orang
banyak. Sedangkan dalam percintaan, hanya menyangkut soal hati antar individu. Dalam
cinta, ketika mata dan mata yang bertemu maka hati yang bicara, sedangkan dalam
politik ketika diplomasi tak kunjung mendapatkan titik temu maka senapan yang
berbicara.
Politik
tak selalu kotor, cinta juga tak selamanya suci, Artinya apa? Memang tidak ada
yang sempurna dalam dunia ini. Selalu ada sisi baik dan sisi buruk, begitu juga
dengan manusia. Jangan mencintai seseorang dengan segenap jiwa kalau tidak
ingin sakit jiwa, namun cintailah seseorang dengan segenap hati, andaikata
kehilanganpun kau hanya akan sakit hati, bukan sakit jiwa. Maka itu berpolitiklah
dengan sehat, andaikata gagal dalam berpolitik, kau tidak akan sakit jiwa.