Nama saya Febrianto
Adi Saputro, biasa dipanggil Febri. Saya lahir di Jakarta 10 Februari 1993. Di
sebuah daerah padat penduduk di Jakarta Pusat. Saya dilahirkan di sebuah
puskesmas kecil, namun terakhir saya lihat tempat dimana saya dilahirkan, kini puskesmas
itu telah berubah menjadi salon. Sangat disayangkan memang, sebuah saksi bisu
dimana saya lahir, saya justru tidak bisa melihatnya lagi.
Saya anak
pertama dari tiga bersaudara. Adik saya yang pertama seorang perempuan yang
saat ini duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan adik saya yang kedua
masih duduk di kelas 6 SD. Saya dilahirkan dikeluarga yang sederhana. Pendidikan
terakhirnya STM, dan pendidikan terakhir ibu saya adalah SMEA. Ayah saya asli
Kuningan, Jawa Barat, dan Ibu asli Jakarta, namun nenek saya asli Boyolali.
Hanya saja sewaktu nenek saya melahirkan ibu saya, ibu lahir di Jakarta.
Keluarga besar pun kebanyakan tinggal di Boyolali. Saat ini saya sudah lama menetap
di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Ketika Taman
Kanak-kanak, saya adalah seorang anak yang cengeng. Gampang sekali menangis
jika tahu ibu tidak menunggu saya sampai saya pulang. Beranjak dari Sekolah Dasar
masih tidak berubah. Setidaknya sampai di kelas 2 SD saya sudah mulai berani
sendiri. Saya sudah mulai berani membawa sepeda sendiri ke sekolah sampai lulus
SD. Ketika SD saya memang tidak pernah mendapat peringkat di kelas. Mendapat
nilai matematika 9 di raport saja terakhir itu kelas 2 SD, sisanya tidak pernah.
Ketika SMP, saya
berhasil masuk disalah satu SMP favorit di Depok, yaitu SMPN 8. Saya selalu
berjalan kaki menuju sekolah, karena memang tidak punya motor, naik ojek pun terlalu
mahal pada saat itu. Perjalanan dari rumah menuju sekolah kurang lebih 30
menit. Maka saya selalu berangkat dari rumah tidak pernah lebih dari jam 6.30.
Begitu juga ketika SMA.
Kemudian ketika
lulus SMP, saya tidak berhasil masuk sekolah favorit karena nem saya tidak
cukup. Saya justru masuk sekolah swasta yang terkenal akan sekolah rawan tawuran.
Dasar saya masuk sekolah itu hanya karena dulu sepupu masuk sekolah itu dan berhasil
lolos SPMB dan masuk UI. Karena kedua sepupu saya yang juga satu rumah dengan
saya semua lulusan UI, maka saya bertekad untuk mengikuti jejak mereka.
Setelah lulus
SMA di tahun 2011, niat saya justru berubah. Saya memilih untuk bekerja sambil
kuliah. Saat itu saya sudah diterima di Trisakti jurusan Desain Komunikasi
Visual. Akan tetapi, saya tidak meneruskan disana karena sesuatu hal. Akhirnya
uang pendaftaran yang sudah masuk dikembalikan, dan uang tersebut saya pakai
untuk daftar bimbel.
Sambil bimbel,
saya melamar pekerjaan di beberapa tempat. Tempat pertama saya bekerja adalah
sebagai pialang di Menara UOB Thamrin, Jakarta Pusat. Disana saya bekerja layaknya
eksekutif muda, memakai kemeja, bersepatu pantofel, dan berdasi, namun saya
tidak pernah mengira bahwa pekerjaan saya waktu itu tidaklah mudah. Bagaimana saya
harus mendapatkan nasabah yang mau investasi minimal seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000).
Akhirnya seminggu disana saya memutuskan keluar, alasan saya keluar ada dua
hal, pertama karena saya tidak menikmati pekerjaan saya, kedua, karena disaat
yang bersamaan saya mendapat panggilan kerja di Hoka-hoka Bento. Akhirnya saya
bekerja di Hoka-hoka Bento sebagai Part-time. Di tempat kerja saya yang baru ini
saya justru menikmatinya. Meski kadang hanya cuci piring di dapur, kadang
sebagai pengantar makanan, kadang juga menjadi penyambut tamu. Akhirnya saya
bekerja disana selama 3 bulan, karena saya memang dikontrak selama 3 bulan
saja.
Akhirnya saya
mencari kerja lagi di beberapa tempat hingga diterima di salah satu hotel
bintang tiga di daerah Taman Anggrek, Jakarta Barat. Disana saya menjadi Banquet.
Awalnya saya menikmati pekerjaan itu, namun setelah beberapa minggu disana saya
melihat ada perbedaan yang sangat mencolok antara pekerjaan saya yang baru dan
yang dulu, bukan soal gaji, namun teknis kerjanya, saya akhirnya memutuskan keluar
darisana.
Akhirnya saya
memutuskan untuk fokus SNMPTN tahun 2012. Saya mempersiapkan diri untuk bisa
masuk perguruan tinggi negeri yang saya impikan. Puji Tuhan saya dapat diterima
di Fakultas Filsafat UGM. Mungkin ini adalah mukjizat yang Tuhan berikan kepada
saya. Saya bisa diterima di UGM dengan biaya masuk yang murah. Jujur saya tidak
pernah bermimpi untuk bisa masuk UGM. Namun Tuhan memiliki rencana yang indah
buat saya. Saya bangga bisa berkuliah di Yogyakarta, banyak hal yang saya
pelajari dan saya dapatkan di kota ini. Tidak hanya akademik, namun juga diluar
akademik.
Rencana, atau
cita-cita saya kedepan adalah saya berharap bisa melanjutkan kuliah ke jenjang
S2 atau bahkan S3 minimal di Indonesia. Saya ingin memberi kontribusi nyata bagi
Indonesia, pada umumnya dan bagi daerah asal saya pada khususnya, dalam bidang
apapun, asalkan saya bermanfaat bagi masyarakat luas. Saya ingin memberikan
sesuatu untuk bangsa ini, karena sedari kecil saya sudah diberi banyak oleh
Indonesia, kini saatnya saya memberi banyak untuk Indonesia sebagai ucapan
terima kasih saya untuk bangsa yang telah ikut berperan membesarkan saya.
No comments:
Post a Comment