(Sumber Gambar: Batamtoday.com) |
Wakil
Ketua DPR RI Koordinator Ekonomi dan Keuangan, Dr., Ir., H. Taufik Kurniawan, M.M.
dalam keterangan persnya di laman resmi Facebook DPR RI (1/3/2017) menyatakan
bahwa DPR RI mengapresiasi kinerja ekonomi pemerintah. Berdasarkan laporan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 yang disampaikan Kementerian Keuangan,
DPR melihat pemerintah mampu mencapai target APBN sebesar 5% dari target 5.2%
yang harus dicapai. Meksipun gejolak ekonomi global masih fluktuatif, namun
perekonomian nasional masih terlihat stabil. Hal itu dibuktikan dengan nilai
tukar rupiah rata-rata yang menguat sebesar Rp. 13.307 per dollar AS. Taufik
Kurniawan yang juga kader Partai Amanat Nasional (PAN) menambahkan bahwa kita
mampu merealisasikan belanja negara sebesar Rp. 1.859,5 triliun atau sekitar
89,3 persen.
Sementara
itu di lain pihak, Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan (F-Gerindra) mengatakan
bahwa pertumbuhan domestik masih diwarnai tren perlambatan dan kualitas pertumbuhan
yang belum membaik. Meskipun sudah mencapai 5 persen, namun target pertumbuhan
dalam APBN 2016 yang dipatok 5.2 persen tidak tercapai. Selain itu Heri Gunawan juga mempersoalkan
penyerapan tenaga kerja yang belum maksimal. Menurut data Bappenas 2016,
pertumbuhan 1 persen hanya mampu menyerap 110.000 tenaga kerja. Menurut Heri
Gunawan angka tersebut menunjukkan penurunan dibanding 5 tahun lalu yang
mencapai 225.000 serapan tenaga kerja.
Perbedaan
sikap yang diperlihatkan antar anggota DPR dalam menilai pemerintah sampai saat
ini masih saja terjadi. Perbedaan pendapat memang menjadi suatu hal yang wajar
terjadi dalam politik, dimana satu pihak memposisikan diri sebagai partai
pendukung pemerintah, sedangkan yang satu lagi bertindak sebagai oposisi. Bahkan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pernah melakukan hal yang berbeda
dari biasanya. Partai yang merupakan pemenang pemilihan legislatif 2014, yang presidennya juga merupakan kader
PDIP justru pernah mengkritik Jokowi ketika Jokowi tidak melantik Budi Gunawan
sebagai Kapolri dan lebih memilih Badrodin Haiti. Lama menjadi oposisi di era
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono membuat kebiasaan mengkritik pemerintah
tidak hilang meskipun sudah menjadi partai pemenang.
Kini
di era pemerintahan Jokowi, pengkotak-kotakan antara partai pendukung
pemerintah yang terdiri dari PDIP, Nasdem, Hanura, PKB, PPP, – disusul PAN, dan
Golkar yang baru bergabung – dan partai di luar pemerintah seperti Gerindra,
PKS, dan Partai Demokrat masih terus terjadi. Terutama Partai Gerindra yang
sejak dari awal konsisten menjadi penyeimbang. Partai Gerindra dan partai di
luar pemerintah lainnya akan terus berseberangan dengan pemerintah. Apapun
prestasi yang telah dicapai oleh pemerintah, sang oposisi akan selalu
menganggap itu adalah sebuah kegagalan atau suatu keberhasilan yang biasa saja.
Biarlah kini rakyat yang menilai, mana yang harus diapresiasi dan mana yang
bukan prestasi?
Cimanggis, 3 Januari
2017
No comments:
Post a Comment